KBRN, Semarang: Pakar geodesi ITB Dr Heri Andreas menyebutkan pesisir utara Jawa Tengah tepatnya Pekalongan, Semarang, dan Demak terancam tenggelam lebih dulu dibanding Jakarta lantaran land subsidence yang sangat masif.
Ketiga wilayah tersebut mengalami penurunan permukaan tanah tiap tahunnya yang sangat memprihatinkan dengan catatan fantastis mencapai lebih dari 10 cm tiap tahun.
Pakar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Prof Sudharto PHD turut berkomentar, kenaikan air laut yang disebabkan land subsidance sudah terjadi sejak tahun 1990 lalu. Hal ini menyebabkan terjadinya genangan di beberapa tempat, tetapi di tiga wilayah fenomena abrasi kian mengkhawatirkan.
Adapun, pengeboran sumur tanah menyebabkan penurunan tanah yang signifikan. Selain itu, wilayah pantai yang strategis tetapi struktur tanahnya tidak memadai dan mengalami devisiasi rawan memicu terjadinya penurunan permukaan tanah.
“Fenomena land subsidence sudah terjadi sejak tahun 1990-an, tapi makin lama semakin parah ini. Tingginya tingkat land subsidance itu disebabkan dua faktor, pertama itu sektor industri dan juga rumah tangga yang melakukan pengeboran sumur tanah yang menimbulkan rongga sehingga memicu penurunan muka tanah. Kedua, wilayah pantai kan strategis dan rata-rata di sana kan tanah yang belum solid jadi rawan terjadi penurunan,” katanya ketika dihubungi rri.co.id, Jumat (6/8/2021).
Ditambahkannya, pembangunan tol laut yang masih dalam proses pengerjaan dan bertujuan untuk menunjang mobilitas perekonomian Semarang dan wilayah penyangga, juga diproyeksikan untuk memecah abrasi yang dinilai masih belum optimal.
Rektor Undip Periode 2010-2014 juga menilai perlu di topang pembangunan infrastruktur lain berupa kolam retensi untuk menampung air dari hulu dengan tujuan menunjang sektor Industri di Genuk agar mengurangi pengeboran sumur tanah.
“Pembangunan tol laut selain mencegah naiknya air laut ke daratan juga perlu diimbangi pembangunan kolam retensi. Nantinya, air dari hulu di tampung agar tidak terjadi banjir dan mensuplai sejumlah industri yang ada di Genuk. Sehingga dapat mengurangi intensitas dari pengeboran sumur tanah. Jadi ada hal yang sifatnya reaktif sedangkan yang pro aktif itu menyediakan air untuk industri,” paparnya.
Adapun, untuk jangka panjang dalam mengatasi land subsidance yang paling vital melalui pembangunan kolam retensi yang dapat menampung banjir rob. Namun, melalui perencanaan dan strategi matang dalam menyusun tata kelola ruang di wilayah pesisir yang mengakomodir sektor industri dinilai lebih tepat sasaran.
Dia menjelaskan, upaya mengatasi rob yang dipicu land subsidance paling vital membangun polder tapi untuk penanggulangan rob yang proaktif.
"Sekarang ini rob di rasakan berkurang, tapi yang penting menanggulangi sumbernya. Bagaimana mengurangi pengeboran sumur dalam dan mengurangi pembangunan fisik di Semarang bagian utara dan sepanjang pesisir utara Pantura,” pungkasnya.
Tautan Terkait
Audio Library
Pusdatin LPP RRI
PPID LPP RRI
Indeks Berita
LPP RRI
Tentang Kami
Manajemen RRI Pusat
Manajemen Pusat Pemberitaan
Puslitbangdiklat LPP RRI
Regulasi
Transparansi
Pengaduan
Hubungi Kami
Ketentuan
Privacy Policy
Disclaimer
Pedoman Media Siber
Info Iklan
Lainnya
e-LHKPN LPP RRI
JDIH LPP RRI
SIMPEG RRI LPP RRI
LHKSN
Pengumuman
© 2021, Copyrights RRI.co.id. All Rights Reserved
Komentar
Posting Komentar