Sejumlah wilayah yang berada di Pantai Utara Jawa (Pantura) akan tenggelam dalam 10 tahun mendatang. Hal tersebut disampaikan oleh Peneliti Ahli Utama Bidang Teknologi Penginderaan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rokhis Khomarudin dalam webinar “Ancaman Tenggelamnya Kota Pesisir Pantai Utara Jawa”, Kamis (16/9/2021).
Selain perubahan iklim, manusia juga menjadi faktor yang signifikan dalam mempercepat penurunan permukaan tanah dalam wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Konsumsi air tanah yang masif dan tidak terkendali menyebabkan turunnya permukaan tanah.
"Walaupun saat ini dampaknya belum terlalu terasa, namun risiko turunnya permukaan tanah jelas membawa kerugian besar, baik dari sisi sosial maupun ekonomi bagi negara kepulauan seperti Indonesia,” jelasnya.
Rokhis memaparkan, berdasarkan hasil pemantauan citra satelit terbukti terjadi penurunan muka tanah di DKI Jakarta antara 0,1 cm hingga 8 cm per tahun, Cirebon antara 0,3 cm hingga 4 cm per tahun, Pekalongan antara 2,1cm hingga 11 cm per tahun, Semarang antara 0,9 hingga 6 cm per tahun, dan Surabaya antara 0,3 hingga 4,3 cm per tahun.
Masih dalam kesempatan yang sama, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN BRIN, Prof. Eddy Hermawan mengatakan fenomena turunnya permukaan tanah di pesisir utara Pulau Jawa lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan selatan Jawa yang struktur geologinya cenderung berbukit.
Ia menuturkan Cirebon, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya adalah kota-kota pesisir utara Jawa yang paling rawan terhadap penurunan tanah ekstrim hingga tahun 2050.
Menurut Eddy, kondisi morfologi daerah pesisir yang relatif datar membuat hampir seluruh aktivitas pembangunan infrastruktur jalan dan perekonomian dipusatkan di utara Jawa. Itu membuat beban tanah karena bangunan dan penyedotan atas penggunaan air tanah menjadi lebih intensif dibandingkan dengan wilayah lain.
Dari data satelit terlihat bahwa pesisir utara Jawa, terutama Pekalongan, mengalami penurunan muka tanah yang paling tajam. Kondisi geologi daerah pesisir yang merupakan tanah lunak ditunjang dengan peningkatan pembangunan pemukiman dan penggunaan air tanah menyebabkan penurunan muka tanah semakin tinggi.
Eddy juga mengingatkan, dampak perubahan iklim tidak hanya mengancam wilayah Jakarta dan Pantura saja. Lebih dari itu, ada banyak pulau-pulau kecil di Indonesia yang juga akan terkena dampak besar. Sebanyak 115 pulau berukuran kecil dan sedang di Indonesia diperkirakan akan hilang atau tenggelam akibat naiknya muka air laut pada 2100.
“Jangan terkecoh dengan kawasan Jakarta dan Pantura saja. Apa yang akan terjadi di tahun-tahun berikutnya? 115 pulau-pulau kecil dan sedang yang sangat berpotensi juga bisa tenggelam,” tambah Eddy
Oleh karena itu, adanya monitoring terhadap penurunan tanah dan laju perubahan garis pantai akibat perubahan ketinggian air laut. Selain itu perlu diupayakan mitigasi dengan kebijakan penggunaan air tanah, penanaman mangrove, dan pencegahan perusakan lingkungan harus segera dilakukan. (Humas/AKB)
Kontak
LAPAN Pusat
Jl. Pemuda Persil No.1
Jakarta Timur, POS 13220
Telepon: (021) 4892802 Fax. 4894815
Email: humas@lapan.go.idE-Kontak | Permohonan Informasi
Link Terkait
LAPOR
LHKPN
BIG
BMKG
BNPB
BKN
MENPAN
BATAN
BPPT
RISTEK/BRIN
LIPI
SETNEG
Profil LAPAN
Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri Pertama RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI).Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket..
Selengkapnya
© LAPAN, All rights reserved
Komentar
Posting Komentar